Sebelum berangkat kerja, Ibu Ira
berpamitan kepada suaminya yang baru sebulan pulang ke rumah setelah
meninggalkan rumah selama 6 tahun.
“Ibu Ira : Pak, saya berangkat kerja dulu
ya?”
“Pak Dayat : Ya...?”
Suami Ibu Ira, Pak Dayat memang dulu
pernah meninggalkan istrinya (Ibu Ira) untuk mencari kesenangan sendiri.
***********
Sekarang, Pak Dayat pulang dalam kondisi
tidak mempunyai harta lagi dan sakit-sakitan. Tapi Ibu Ira dan anak-anaknya
tetap menerima dan menghormatinya sebagai kepala keluarga, meskipun Pak Dayat
tidak pernah bertanggung jawab terhadap keluarga.
Sekitar pukul tiga sore, tiba-tiba saja
Pak Dayat mengalami sesak nafas yang hebat. Arsan yang melihat ayahnya
tergeletak segera membopongnya ke tempat tidur. Tak lama kemudian Pak Dayat
menghembuskan nafas terakhir. (meninggal).
Setelah Ibu Ira datang, tetangga-pun
sudah berdatangan ke rumah untuk mengurusi jenazah Pak Dayat. Setelah semua
pengurusan jenazah sudah selesai, jenazah Pak Dayat segera di semayamkandi
ruang tamu sambil menunggu anak Pak Dayat yang belum datang dari luar kota.
Malam bertambah larut di saat masih ada
beberapa kerabat dan tetangga yang menunggui jenazah, kain penutup jenazah Pak
Dayat bergerak dan badanya membesar. Kontan saja yang berada di situ
berhamburan, kecuali Ibu Ira yang tetap duduk meskipun ketakutan.
Tubuh Pak Dayat bertambah besar melebuhi
ukuran balai-balai tempat jenazah di letakkan. Bahkan dari mulutnya keluar air
berbusa secara terus-menerus. Semakin lama semakin besar. Seluruh kulitnya
menggelembung berisi air dan akhirnya pecah mengeluarkan darah yang baunya
sangat anyir.
Karena semakin besar tangan Pak Dayat
tidak bisa dilipat, kakinya juga tidak bisa diluruskan. Akhirnya kaki dan
tangan di ikat dengan kain kafan. Karena tubuh yang membesar kuburan yang telah
digali terpaksa diperlebar kembali agar jenazah Pak Dayat dapat masuk dan
proses penguburannya pun lancar.
“Kita
tidak boleh melupakan tanggung jawab yang sudah menjadi tanggung jawab kita.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar