Posted September 3, 2008 in Cerita Rakyat . 517 Komentar
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat
sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan
bijaksana. Raja tersebut memiliki
seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Favorit Raden Banterang adalah
berburu. "Pagi hari ini aku
akan berburu ke hutan. Siapkan
alat berburu, "kata Raden Banterang kepada para abdinya.Setelah peralatan
berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke
hutan. Ketika Raden Banterang
berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya.Ia segera
mengejar kijang itu sampai masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
"Kemana seekor kijang tadi?", Kata Raden Banterang, ketika
kehilangan jejak buruannya. "Akan
ku cari terus sampai dapat," tekadnya. Raden
Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak
ditemukan. Ia tiba di sebuah
sungai yang sangat bening airnya. "Hem,
segar nian air sungai ini," Raden Banterang minum air sungai itu, sampai
merasa hilang dahaganya. Setelah
itu, ia meninggalkan sungai. Namun
baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis
cantik jelita.
"Ha? Seorang gadis
cantik jelita? Benarkah ia
seorang manusia? Jangan-jangan
setan penunggu hutan, "gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati
gadis cantik itu. "Kau
manusia atau penunggu hutan?" Sapa Raden Banterang. "Saya manusia," jawab gadis
itu sambil tersenyum. Raden
Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis
cantik itu menyambutnya. "Nama
saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung". "Saya berada di tempat ini karena
menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah
saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan, "Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden
Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat
penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan
mengajaknya pulang ke istana. Tak
lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar
istana. "Surati! Surati! ", Panggil seorang
laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah
mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah
kakak kandungnya bernama Rupaksa.Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk
mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh
ayahnya. Surati menceritakan
bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau
membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa
marah mendengar jawaban adiknya. Namun,
ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. "Ikat kepala ini harus kau simpan
di bawah tempat tidurmu," pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden
Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di
tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang
pria berpakaian compang-camping."Tuangku, Raden Banterang. Keamanan Tuan terancam bahaya yang
direncanakan oleh istri tuan sendiri, "kata pria itu. "Tuan bisa melihat buktinya,
dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang
dimintai tolong untuk membunuh Tuan, "jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu,
lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar
laporan lelaki misterius itu. Ia
pun segera pulang ke istana. Setelah
tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah
diceritakan oleh pria berpakaian compang-camping yang telah menemukan di hutan. "Ha! Benar kata pria itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan
minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini! "Tuduh Raden Banterang kepada
istrinya. "Begitukah
balasanmu padaku?" Tandas Raden Banterang. "Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud
membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang pria! "Jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada
pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan
hidupnya. Nah, sebelum nyawanya
terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden
Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping
ketika berburu di hutan. Sang
istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian
compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. "Lelaki itu adalah kakak kandung
Adinda. Dialah yang memberi
sebuah ikat kepala kepada Adinda, "Surati menjelaskan kembali, agar Raden
Banterang luluh hatinya. Namun,
Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. "Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keamanan
Kakanda. Tetapi berilah
kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan
kakak kandung Adinda bernama Rupaksa, "ucap Surati mengingatkan.
"Kakak adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda
tolah! ".Mendengar hal tersebut, hati Raden Banterang tidak cair bahkan
menganggap istrinya berbohong .. "Kakanda! Jika air sungai ini menjadi bening dan
harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah!Tetapi, jika tetap keruh dan bau
busuk, berarti Adinda bersalah! "Seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan
istrinya itu mengada-ada. Maka,
Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke
tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum menyebar di sekitar
sungai. Melihat kejadian itu,
Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. "Istriku
tidak berdosa! Air kali ini harum
baunya! "Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan
menyesali kebodohannya. Namun
sudah terlambat.
Sejak itu,
sungai menjadi harum baunya. Dalam
bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu
artinya air dan wangi artinya harum. Nama
Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Sumber: e-smartschool.com yang diambil
dari Elexmedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar