Bangsa
Indonesia adalah bangsa yang besar, baik dari segi jumlah penduduk, luas
wilayah, kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki.
Namun,
kebesaran ini juga membawa beberapa tantangan di dalam mengelola seluruh
sumberdaya yang ada dan untuk membawa negara ini semakin maju. Salah satu
contoh tantangan adalah kondisi geografis negara Indonesia yang membentang dari
Barat ke Timur, yang terdiri atas 14.000 pulau besar dan kecil serta diselingi
dengan laut dan selat.
Kondisi ini
pasti menyulitkan pelaksanaan beberapa program pemerintah yang membutuhkan
kecepatan dan keluasan. Salah satu program utama yang mengalami tantangan ini
adalah dunia pendidikan.
Sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar 1945, maka pendidikan adalah hak mutlak bagi
warganegara Indonesia, dimana menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk
mewujudkan hal tersebut.
Berbagai daya
dan upaya dikerahkan untuk memenuhi amat tersebut dan melibatkan seluruh alat
yang dapat dimanfaatkan, termasuk pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK).
Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan merupakan sebuah alat di dalam
mencapai tujuan pedidikan, yaitu mencerdaskan anak bangsa, dimana di dalam
pengembangannya terbagi atas beberapa hal, yaitu infrastruktur, SDM dan konten.
Ketiga hal tersebut dilaksanakan secara paralel, karena satu sama lain harus
saling mendukung untuk dapat menjadi sebuah alat yang lengkap untuk
dimanfaatkan di dalam pencerdasan anak bangsa.
2. PEMBAHASAN
Khusus di
Departemen Pendidikan Nasional, perkembangan infrastruktur, SDM dan konten di
dalam Teknologi Informasi dan Komunikasi telah dimulai sejak abad 19 dan
mengalami akselerasi yang cukup tinggi pada awal abad 20, yaitu pada tahun 1999
hingga saat ini.
Beberapa
program pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi khususnya Infrasruktur
adalah:
1.
Jaringan
Internet (Jarnet)
2. Jaringan Informasi Sekolah (JIS)
3. Wide Area Network Kota (WAN Kota)
4. Information and
Communication Technology Center (ICT
Center)
5. Indonesia Higher
Education Network (Inherent)
6. Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas)
7. South East Asian Education
Network (SEA EduNet)
2.1 Jaringan Internet (2000)
Sebelum tahun
1999 sebenarnya secara parsial Departemen Pendidikan Nasional telah banyak
melaksanakan kegiatan-kegiatan maupun menjalankan program yang berhubungan
dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), utamanya untuk sarana
komunikasi antar institusi dan otomatisasi pendataan. Beberapa diantaranya
adalah pembuatan mailing list untuk komunikasi langsung antara pusat dengan
daerah, menggalakkan pembuatan web site bagi sekolah untuk penyebaran informasi
bagi sekolah tersebut serta penyusunan berbagai program pendataan berbasis TIK.
Namun, untuk
pengembangan infrastruktur secara nasional dan dalam jumlah besar dilaksanakan
oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) pada tahun 2000
dalam sebuah program yangdisebut dengan Jaringan Internet atau Jarnet.
Latar belakang
program ini adalah untuk mendukung pemercepatan internetisasi sekolah-sekolah
di Indonesia khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan atau SMK. Hal ini karena
SMK mulai diwajibkan untuk memiliki alamat email dan juga diminta untuk
memiliki web site untuk sarana promosi sekolah masing-masing. Hal ini ditandai
dengan perkembangan mailing list Dikmenjur yang pada awalnya
hanya memiliki 2 orang anggota dan saat ini telah memiliki 5700 anggota dengan
rata-rata komunikasi sebesar 600 email per-bulan.
Tujuan dari
program ini adalah:
1.
Mempercepat
pelaksanaan Internetisasi di SMK Negeri dan Swasta.
2. Meningkatkan komunitas antar SMK.
3. Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang
dimiliki.
4. Menyediakan sarana mendapatkan informasi terkini dan
media pembelajaran bagi warga sekolah dan masyarakat umum.
5. Menyediakan media promosi sekolah dalam rangka
peningkatan minat/animo masyarakat terhadap SMK.
6. Menjadikan jarnet bagian dari unit produksi agar
mengembangkan warnet di sekolah.
Dengan demikian
bantuan Jarnet di sekolah selain untuk memperkenalkan pemanfaatan teknologi
informasi kepada segenap warga sekolah, juga untuk memberi dorongan agar
sekolah dapat meningkatkan kinerjanya dengan mendayagunakan komputer yang ada,
serta memperkenalkan Internet sebagai sarana mencari informasi dan sarana
komunikasi yang efektif dan efisien.
Bantuan Jarnet
ini dimaksudkan agar digunakan untuk pengadaan peralatan dan pelatihan
pemasangan jaringan lokal (LAN) di sekolah.
Program
pengembangan Jaringan Internet diperuntukkan bagi semua SMK Negeri/ Swasta di
Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 2003 terdapat 744 SMK yang sudah memiliki
jaringan Internet melalui program Jarnet ini.
2.2 Jaringan Informasi Sekolah (2001 – 2002)
Senyampang
dengan mulai menjamurnya kebutuhan terhadap internet yang diakibatkan oleh
program Jarnet, maka kebutuhan infrastruktur dan sarana komunikasi juga
semakin meningkat. Khusus mengenai infrastruktur, sebagian besar sekolah yang
ada di kabupaten dan kota hanya memiliki komputer yang memiliki spesifikasi
yang amat rendah. Bahkan banyak yang tidak memiliki harddisk.
Namun, karena
minat yang amat tinggi, mereka juga berkeinginan untuk memiliki jaringan yang terhubung
dengan internet.
Pada tahun
2001, pengembangan program cloning sedang marak dimana-mana, yaitu memanfaatkan
1 komputer yang memiliki kapasitas besar dan dibagi ke komputer-komputer
lainnya melalui sistem jaringan. Sehingga sekolah tidak perlu membeli
banyak komputer lagi, namun cukup membeli 1 komputer yang berkapasitas besar.
Namun, pengetahuan ini masih amat terbatas, karena dibeberapa tempat menjadi
sebuah lahan bisnis yang menggiurkan dan ditawarkan dengan harga yang cukup
tinggi.
Oleh Depdiknas,
program ini kemudian dipelajari dan disebarluaskan ke seluruh propinsi agar
dapat diterapkan di sekolah-sekolah.
Disisi lain,
perkembangan TIK yang cukup pesat membutuhkan SDM yang handal, juga membutuhkan
sarana komunikasi dan diskusi bagi penggiat TIK di satu daerah, agar para guru
yang memiliki hobi yang sama dapat berkumpul secara teratur setiap bulan
untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan di dalam bidang TIK. Untuk
berkumpul ini juga dibutuhkan sebuah lokasi yang representatif, yang memiliki
sarana dan prasarana dalam bidang TIK serta dapat dijadikan sebuah sekretariat.
Dengan dasar inilah,
Depdiknas pusat mencoba untuk memacu hal tersebut dengan “memberikan kail”
berupa bantuan untuk pelatihan awal dan merangsang pembentukan sekretariat TIK
di masing-masingkabupaten/kota.
Program inilah
yang disebut dengan Jaringan Informasi Sekolah atau disingkat JIS.
Mengapa disebut
dengan Jaringan Informasi Sekolah ? Karena diharapkan fungsi utama dari prgoram
ini adalah untuk menjaring seluruh sekolah di dalam satu wilayah agar saling
berbagi informasi,khususnya dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Peserta JIS ini
tidak terbatas kepada SMK saja, namun diikuti oleh seluruh SLTA di daerah
tersebut, SLTP dan beberapa SD. Syarat utama untuk ikut di dalam JIS adalah
memiliki minat terhadap TIK
Hasil yang
diharapkan dari program ini adalah:
1.
Terbentuknya
Jaringan Informasi Sekolah di Kabupaten/Kota
2. Terbentuknya Jaringan Lokal (Local Area Network) di
masing-masing sekolah yang menjadi peserta pelatihan
3. Tersosialisasikannya informasi mengenai program
cloning PC, sehingga bagi sekolah yang memiliki komputer dengan spesifikasi
rendah, tetap dapat dimanfaatkan untuk aplikasi perkantoran atau untuk internet
Hingga tahun
2003, telah terbentuk 154 JIS di seluruh Indonesia. Ini merupakan embrio
pengembangan SDM untuk program TIK yang sejak program ini digulirkan menjadi
lebih cepat lagi pengembangannya
2.3 Wide Area Notwork (WAN) Kota (2002-2003)
Perkembangan
kebutuhan akan TIK sejak bergulirnya program Jarnet dan JIS semakin besar,
utamanya kebutuhan terhadap koneksi internet yang digunakan untuk mempercepat
proses pengiriman data dan informasi dari daerah ke pusat serta untuk proses
pembelajaran.
Namun disisi
lain, harga internet di Indonesia yang masih amat mahal menjadi pemikiran utama
dari sekolah-sekolah tersebut. Untuk bisa membiayai operasional sehari-hari
saja masih amat sulit, apalagi harus menyisihkan dana setiap bulan untuk biaya
internet.
(Gambar 1. Sistem Jaringan WAN Kota)
Berdasarkan
pemikiran tersebut, maka dikembangkanlah program WAN Kota, yang mencoba
menghubungkan jaringan lokal di semua sekolah yang berada pada satu wilayah dan
kemudian memasang koeksi internet pada salah satu simpul di daerah tersebut.
Hal ini akan mengakibatkan biaya internet yang seharusnya hanya diatnggung oleh
satu sekolah menjadi tanggungan bersama. Ini akan meringankan dan memudahkan
sekolah-sekolah tersebut untuk turut serta menikmati koneksi internet.
Secara umum,
fungsi dan manfaat program WAN Kota adalah:
1.
wahana berbagi
(sharing) sumber daya data, informasi, dan program pendidikan;
2. media komunikasi berbasis web atau multimedia antar lembaga
pendidikan yang dibangun, dikelola, dan dikembangkan secar mandiri, kolektif,
dan sistematis oleh semua lembaga pendidikan yang terlibat di dalam jejaring
tersebut;
3. infrastruktur pemelajaran jarak jauh (e-learning) dan
pelayanan pemerintahan (e-government);
4. sumber informasi dan komunikasi antar sekolah (SLTP,
SMU dan SMK);
5. pusat penyimpanan (server) modul pembelajaran;
6. pusat pelatihan teknologi informasi dan komunikasi
bagi masyarakat sekitarnya;
7. digital library (perpustakaan berbasis komputer) yang dapat
diakses semua sekolah di Kabupaten/Kota.
Secara umum,
teknologi yang digunakan untuk program WAN Kota ini adalah teknologi Wireless
IEEE 801.11 a/b/g yang memanfaatkan frekwensi 2,4 Ghz. Dengan penggunakan
frekwensi yang free inilah, maka setiap sekolah hanya bermodalkan satu set
antena Grid Parabolic ataupun menggunakan antena kaleng dan wajanbolic yang
dirakit sendiri sudah dapat menikmati koneksi internet yag murah.
Dengan program
ini, maka bermunculan juga sentra-sentra perakitan perangkat 2,4 Ghz di
beberapa tempat, sehingga menggerakkan indutri kecil di daerah tersebut. Juga
di beberapa lokasi, program ini disandingkan dengan RT/RW Net, sehingga
pengguna internet tidak terbatas pada sekolah saja, melainkan juga masyarakat
umum.
Hingga tahun
2003, telah terbentuk 31 WAN Kota di Indonesia.
2.4 ICT Center (2004 – 2006)
Program WAN
Kota yang telah dikembangkan pada tahun 2002 hingga tahun 2003 akhirnya
dirasakan hanya menitikberatkan kepada aspek perangkat keras dan jaringan saja,
sedangkan pengembangan TIK tidak hanya terdiri atas kedua aspek tersebut.
Pengembangan SDM juga hanya berputar kepada institusi yang menjadi lokasi WAN
Kota, sehingga mulai dipikirkan untuk memperluas fungsi dan tugas dari WAN Kota
menjadi sebuah institusi lain yang mampu menjadi pusat TIK di daerah dan
bermanfaat secara luas bagi masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan
pemikiran inilah, lahir sebuah program dan institusi dengan nama Information
and Communication Technology (ICT) Center yang berfungsi sebagai Pusat
Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di
Kabupaten/Kota.
Untuk
mempersenjatai fungsi tersebut, maka ICT Center dibentuk dengan infrastruktur
yang melebihi WAN Kota, karena fungsu utamanya bukan hanya sekedar
menghubungkan LAN di da satu wilayah saja, melainkan meluas kepada fungsi
Capacity Bulding.
Perangkat yang
diberikan kepada masing-masing ICT Center adalah satu set tower dan perangkat
server 2,4 Ghz untuk membagi koneksi internet yang dimiliki, satu atau dua
paket laboratorium komputer, dan perangkat pendukung jaringan lainnya, seperti
VoIP Phone, Router, Switch dan lain-lain. Khusus ICT Center tahun 2005 malah
diberikan bantuan koneksi selama 6 bulan melalui VSAT dengan bandwidth 128 Kbps
1:1 dengan ISP Indosat M2.
Berbagai
program pelatihan telah dilaksanakan oleh seluruh ICT Center ini, dan sebagian
berkolaborasi dengan pemerintah daerah maupun institusi lainnya. Di beberapa
tempat, ICT Center malah sudah menjadi sebuah kebutuhan daerah, sehingga
pemanfaatan perangkat yang dimiliki tidak hanya dari sekolah itu sendiri namun sudah
amat meluas hingga ke masyarakat umum.
Hingga tahun
2008 ini, total ICT Center di seluruh Indonesia adalah 430 Unit
2.5 Inherent (2006 – 2007)
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi juga turut menggeliat di dalam pengembangan TIK dan
tidak kalah dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sebenarnya, sejak tahun 90-an, sudah banyak perguruan tinggi yang secara
parsial maupun kelompok kecil telah mengembangkan infrastruktur TIK di kampus
masing-masing. Yang amat terkenal adalah ITB dengan berbagai risetnya untuk
bidang internet dan jaringan lokal.
Secara
nasional, infrastruktur yang dibangun untuk menghubungkan seluruh perguruan
tinggi dibangun pada tahun 2006, dalam bentuk program Indonesian Higher
Education Network atau Inherent.
Program INHERENT
menghubungkan 32 perguruan tinggi sebagaibackbone utama dimana
perguruan tinggi lainnya dapat terhubung ke PT backbone tersebut
apabila hendak terhubung dalam satu sistem jaringan.
(Gambar 2. Sistem Jaringan INHERENT)
Karena tujuan
utama dari sistem ini adalah untuk riset dan pengembangan, maka jalur data yang
disiapkan cukup besar, bahkan mencapai 155 Mbps dengan link yang terkecil
mencapai 2 Mbps.
2.6 Jejaring Pendidikan Nasional (2006 – sekarang)
Program ICT
Center dan WAN Kota yang dibangun hingga tahun 2006 telah berhasil membangun
jaringan lokal di dalam masing-masing kabupaten kota, serta telah membentuk
komunitas di dalam bidang TIK.
Selanjutnya,
untuk menggabungkan seluruh ICT Center, WAN Kota dan Institusi pendidikan
lainnya di seluruh Indonesia, pada tahun 2006 dikembangkan program Jejaring
Pendidikan Nasional atau Jardiknas.
Untuk
memudahkan pengelolaan, Jardiknas dibagi atas 4 zona, yaitu Zona Kantor Dinas
dan Institusi, Zona Perguruan Tinggi, Zona Sekolah, dan Zona Personal (Guru dan
Siswa).
(Gambar 3. Sistem Jaringan Jardiknas)
Seluruh lokasi
terhubung dengan teknologi MPLS dan dikelola oleh 3 NOC, dimana seluruh NOC
dihubungkan dengan link internasional dan IIX sebesar 200 Mbps.
Hingga akhir
tahun 2007, telah terhubung 1.014 titik institusi dan 11.825 sekolah dengan
Jardiknas.
2.7 SEA EduNet ( 2008 )
Rencana
pengembangan ke depan adalah mengintegrasikan jejaring yang telah dibentuk di
Indonesia dengan negara-negara tetangga, agar dapat dilaksanakan sharing
knowledge dengan lebih intensif. Hal ini bertujuan agar seluruh institusi kita
memiliki wawasan yang lebih mengglobal.
Salah satu
teknologi yang saat ini sedang dijajaki oleh Depdiknas, utamanya oleh institusi
Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Open Distance
Learning Centre (SEAMOLEC) adalah teknologi multicast, yang menggunakan
perangkat parabola untuk downstream dan teresterial untuk upstream.
Teknologi ini
amat sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia, yang bergunung-gunung dan
masih sulit dijangkau secara merata dengan koneksi kabel.
(Gambar 4. Sistem Jaringan SEA EduNet)
Diharapkan pada
tahun 2008, sudah dapat diujicobakan pada seluruh Propinsi di Indonesia.
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan
Infrastruktur TIK pada Departemen Pendidikan Nasonal dilakukan secara
bertahap dan berjenjang sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan
lapangan. Dengan pengembangan infrastruktur ini maka pengelolaan
pendidikan di Indonesia dapat lebih efektif dan efisien.
3.2 Rekomendasi
Integarasi
sistem Jaringan yang saat ini telah dibangun dengan memanfaatkan dana rakyat
harus terus dijaga, utamanya didalam setiap pengembangan program ke depan, agar
tidak terkesan “membongkar pondasi” setiap ada kebijakan yang baru. Selain itu,
pengembangan konten yang menjadi alat transportasi yang memanfaatkan
infrastruktur ini harus lebih diperkaya, sehingga pemanfaatannya menjadi lebih
optimal.
4. DAFTAR PUSTAKA
[1].“Jejaring
Pendidikan Nasional (Jardiknas)”, http://jardiknas.diknas.go.id
[2].“Buku
perkembangan ICT Dikmenjur”, Direktorat Dikmenjur, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar