Tapi,
dari pusing menyusun berbagai macam kriteria, mengapa tidak kita tanya saja anak-anak
tentang guru yang baik menurut mereka? EENET Asia menurunkan sebuah laporan tentang guru ideal dalam pandangan anak-anak di Cina dan
Pakistan, tetapi agaknya berlaku pula universal.
Simaklah beberapa komentar anak-anak di
Cina.
Ibu
guru Gao seperti ibu bagiku. Dia
mendengar semua masalah dan keluh kesah kami serta membantu kami menyelesaikan
masalah.
Guru
Shan selalu melucu dalam kelas menulis kami dan membuat kami sangat tertarik
dalam pelajaran itu. Tanpa saya
sadari, saya jadi sangat suka menulis dan secara bertahap, saya mempelajari
beberapa trik untuk menulis dengan baik.
Dia
memperlakukan tiap siswa dengan setara. Dalam
kebaikan hatinya, dia tidak pernah memihak. Sebagai
murid, ini adalah hal yang paling berharga tentang guru ... Dalam kelas guru
Chen, kami merasa santai dan hidup (bersemangat). Dia selalu "tanpa sengaja"
mengajukan pertanyaan atau membuat kesalahan agar kami dapat membetulkannya. Jika kami mengatakan sesuatu yang
salah, tidak menyalahkan kami. Dia
bahkan akan berkata sambil tersenyum: "Kesalahan Bagus! Kesalahan membantu kami menemukan
masalah-masalah ". Tidak
seberapa lama kemudian, bahkan siswa yang paling pemalu mau mengangkat tangan
dan menjawab pertanyaannya.
Anak-anak
di Pakistan berpendapat tentang guru yang baik:
Guru
kami tahu nama tiap anak.
Dia
menjelaskan pelajaran di papan tulis. Jika
seseorang tidak paham, dia akan mendudukan anak itu disebelahnya dan
menjelaskan lagi pelajaran itu.
Dia
menghormati anak-anak, dia selalu memanggil mereka 'aap'.(Aap adalah bentuk
sopan 'kamu' di Pakistan)
Guru
kami selalu memperhatikan tiap anak ketika mengajar.
Paragraf
terakhir pada tulisan tersebut agaknya mengena dan menggambarkan secara jelas
bagaimana seharusnya seorang guru ideal:
Guru
yang baik pada dasarnya adalah manusia yang baik. Mereka memiliki kepribadian penyayang,
baik, hangat, sabar, tegas, luwes dalam perilaku, bekerja keras, serta
berkomitmen pada pekerjaan mereka. Pusat
perhatian mereka bukanlah pada buku teks atau kurikulum, tetapi pada anak! Mereka sangat menyadari beragamnya
cara anak-anak belajar, perbedaan antar anak-anak dan pentingnya metode beragam
untuk mendorong siswa mampu belajar. Anak-anak
yang belajar dengan guru semacam itu tidak perlu lagi mengeluarkan uang
tambahan untuk mengikuti les sepulang sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar